
Share this content:
Touring kali ini berawal dari ajakan teman lama di industri packaging. “Yuk, touring ke Hambalang, Gunung Pancar, Curug Leuwi Hejo,” ajaknya. Tanpa pikir panjang, saya langsung setuju. Meskipun rencana touring masih beberapa minggu lagi, dalam hati saya ada kekhawatiran, “Jangan-jangan batal, nih.”
Namun, waktu berlalu cepat. Hari yang dinanti akhirnya tiba. Sore itu, saya mulai perjalanan sendiri dari BSD sekitar pukul 5 sore, sedikit meleset dari rencana awal. Titik kumpul pertama di Telaga Bestari sudah bergeser, jadi saya langsung menuju titik kumpul kedua di McDonald’s Parung. Sambil melaju sendirian, saya menikmati kesejukan sore itu. Cuaca benar-benar mendukung perjalanan saya.
Sekitar pukul 18.30, saya tiba di McD Parung dan teman-teman lain sudah berkumpul. Perjalanan berlanjut ke tujuan pertama: Warung Jahe H. Sule di Bukit Hambalang. Meski jalanan malam minggu lumayan padat, semangat kami tidak luntur. Kami sempat melewati Kampus Universitas Pertahanan yang megah sebelum akhirnya tiba di Warung Jahe H. Sule.
Sayangnya, saat itu warung penuh. Kami hanya dapat duduk di bangku yang tersisa. Sambil menunggu, kami memesan minuman khas: susu jahe dan ketan. Momen yang sempurna untuk menghangatkan diri di udara malam Hambalang. Tak lupa, mi instan menjadi pilihan pas untuk malam yang dingin.
Saat sudah larut, kami akhirnya mendapatkan saung yang nyaman untuk beristirahat. Suasana pun semakin cair dengan obrolan ngalor-ngidul, mulai dari cerita lucu hingga pembahasan yang tak terduga seperti “sayembara mencari ketiak ular” sampai cerita hewan yang telat masuk sekolah—benar-benar membuat malam itu penuh tawa.
Pukul 2 pagi, kami lanjutkan perjalanan menuju Gunung Pancar, membayangkan nikmatnya berendam di air panas di tengah udara yang sejuk. Sesampainya di sana, kami langsung mengecek pemandian air panas yang kami incar. Namun, realita tidak sesuai harapan. Kondisi pemandian kurang memadai, dan kami memutuskan untuk sekadar beristirahat di sebuah warung yang masih terang.
Di warung itu, kami menemukan bale-bale yang nyaman untuk rebahan. Setelah tidur sejenak, pagi pun tiba dengan sambutan sinar matahari yang hangat. Kami memesan teh manis dan singkong goreng, sarapan sederhana namun terasa begitu nikmat.
Perjalanan dilanjutkan ke Curug Leuwi Hejo. Kami berharap bisa menemukan tempat sarapan sepanjang jalan, namun tidak ada warung yang buka. Akhirnya, kami tiba di Curug Leuwi Hejo dan terkejut saat tahu bahwa ada beberapa curug lain di sekitar sana, termasuk Curug Leuwi Cipet yang katanya hanya 500 meter jauhnya.

Bersemangat, kami mulai mendaki menuju Curug Leuwi Cipet. Namun, apa yang awalnya tampak mudah berubah menjadi perjalanan berat. Tanjakan terjal dan jalan setapak membuat perjalanan terasa lebih panjang dari yang kami kira. Informasi bahwa jarak ke curug masih 1,5 km setelah kami berjalan cukup jauh benar-benar seperti “harapan palsu.”
Setelah menimbang kondisi masing-masing, kami memutuskan untuk kembali ke Curug Leuwi Hejo. Di sana, kami berendam di air yang segar. Beberapa dari kami berenang, sementara yang lain sekadar berendam di air dangkal. Suasana curug yang menenangkan berhasil menghapus rasa lelah kami.

Setelah puas bermain air, kami kembali ke area parkir dan menemukan warung dengan hidangan nasi putih dan lauk pauk yang menggoda. Rasa lapar membuat kami makan dengan lahap, hingga salah satu teman kami hampir kehabisan nasi.
Perjalanan touring kami kali ini berakhir dengan kepuasan, kenangan, dan tentunya rasa lelah yang terbayar lunas oleh pengalaman tak terlupakan. Sampai jumpa di touring berikutnya!
Pokoknya yang penting… Healing.. Kuy…!!